Gojek…sebuah penyedia angkutan
online yang sedang berkibar dan dianggap sebagai salah satu inovator dalam
bisnis jasa angkutan publik. Sebagian besar mereka yang tinggal di kota-kota
besar pasti sudah pernah merasakan diantar ke tujuannya menggunakan Gojek.
Tidak terkecuali saya. Ketika saya sedang ingin cepat ke kantor (biasanya
karena sering bangun kesiangan..hehehe) maka Gojek lah yang bisa saya andalkan.
Saya masih ingat pertama kali
install Gojek di hape sekitar setengah tahunan yang lalu, saat mau order Gojek,
di GPS nya ndak ada sama sekali indikator driver yang berada di sekitar area
saya. Tapi sekarang, jangan tanya, bejibun rek…
Drastisnya angka driver Gojek
mungkin disebabkan tawaran penghasilan yang menggiurkan dari pengelola Gojek bagi
pengemudinya, maka berbondong-bondonglah orang-orang menjadi driver Gojek. Sejauh
ini, begitulah fakta yang yang semua orang sudah tau, atau minimal yang saya
tau tentang Gojek dan
penghasilannya yang menggiurkan
Seminggu yang lalu saya order Gojek
dari kost ke kampus. Orderan ditanggapi oleh seorang pengemudi yang saat datang
menjemput tanpa menggunakan atribut Gojek satupun… Fine, teteplah saya ikut
yang bersangkutan… Ditengah jalan sang driver Gojek mengajukan permintaan agar
orderannya saya cancel saja… Wah, kok gitu mas? saya tanya si driver. Iya pak,
daripada saldo saya kepotong, saya minta tolong di cancel saja..Gpp deh pak,
bapak bayar 10 ribu saja, lanjut si driver (fyi tarif resminya 15 ribu)… Dalam hati saya berpikir ga
beres ini driver.. tapi saya turuti saja… saya ga berpikir apa-apa dong..
Skip the stories, beberapa hari
terlewat dan saya juga sudah sempat lupa kejadi tersebut hingga akhirnya ketika
saya harus order Gojek lagi dari daerah Pondok Chandra ke kost an di daerah
Jemursari. Kejadian di awal terulang lagi, si
driver Gojek (sebuatlah namanya mas anto) minta di cancel orderannya saat
berada di tengah perjalanan..tapi kali ini si driver Gojek yang satu ini lebih
banyak bercerita kenapa alasannya mengajukan cancel order. Sistem potong saldo
pada setiap transaksi Gojek ternyata dianggap oleh beberapa driver Gojek
memberatkan, dikarenakan jarak dekat ataupun jauh antaran mereka, potongan saldo
mereka oleh perusahaan besaramnya tetap dan sama. Alhasil jika jarak tempuh
dirasa masih dekat, maka driver Gojek cenderung akan minta cancel order kepada
penumpangnya. Hal ini dilakukan ya tadi, biar Saldo mereka tidak terpotong.
Kalo sudah begitu Aplikasi Gojek dimanfaatkan untuk cari pelanggan saja akan
tetapi mekanisme nya tidak beda dengan Ojek Konvensional.
Tambah mas Anto lagi, sebenarnya
kawan-kawan sesama driver Gojek sudah berupaya menyuarakan aspirasi dan keluhan
mereka kepada pengelola Gojek, namun sampai sekarang tidak ada respon yang positif. Mereka sadar bahwa
dengan meminta cancel order, maka penumpang wajib mengisi alasan pembatalan
order. Jika alasan pembatalan order itu dikarenakan oleh permintaan driver,
maka siap-siap saja mereka mendapat pinalti atau potongan saldo (atau insentif?
saya kurang menyimak juga dibagian ini).
Dari dua kejadian diatas, saya
mengambil kesimpulan sederhana bahwa strategi marketing pengelola Gojek memang
luar biasa, tidak hanya untuk menarik pelanggan tapi dalam menarik minat orang
untuk menjadi bagian dari mitra armadanya. Tapi ya itu tadi, sepertinya Gojek
sudah memasuki tahapan berikutnya dari strategi brand awareness nya, dimana hubungan kemitraan yang digemborkan
diawalkan akan cenderung menjadi hubungan pemilik modal-pekerja, atau
atasan-bawahan… Dan jika ini terjadi, bagi para pengendara Gojek banyak-banyak
bersabar ya dan tetap cari rejeki yang halal dan barokah :)
Surabaya, 16 April 2016
Update
Tiga hari setelah postingan ini dibuat, kembali saya mengalami kejadian cancel order karena request driver, dengan tetap membayar sesuai nominal yang ada di aplikasi GoJek.. what the...
Link ke GoJeknya banyak amat mas, hehe. Nanti dikira spam sama Google
BalasHapushehehe..makasih sarannya mbak enlaw (h)
Hapus