ARSITEKTUR SAINS BERUBAH: BAGAIMANA INDONESIA MENGHADAPINYA? - MRATODI

What i can share, i share

Kamis, April 28, 2016

ARSITEKTUR SAINS BERUBAH: BAGAIMANA INDONESIA MENGHADAPINYA?

Arsitektur sains dunia berubah pesat. Spesialisasi keilmuan makin menyempit, namun batas antar disiplin ilmu pengetahuan kian kabur. Lahirlah berbagai bidang keilmuan baru dan maraklah penelitian lintas disiplin untuk menjawab tantangan di masyarakat. Tantangan dalam sains kini berubah seraya mempengaruhi perkembangan intelektualitas, sosial, dan, budaya. Namun di tengah perubahan itu, Indonesia masih bergelut dengan rendahnya budaya ilmiah. Siap tak siap, Indonesia yang masih mencari pola pengembangan sainsnya, harus menghadapi perubahan itu.

Di negara yang belia, sains terpaksa mengalah ketika berhadapan dengan pemikiran politik dan ekonomi yang mendominasi panggung nasional. Suka atau tidak, kendati pemecahan berbagai masalah yang dialami manusia membutuhkan pengamatan sains, pencarian karakteristik khas Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersisihkan. Padahal pengembangan sains sangat penting. Metode penelitian ilmiah senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan zaman, demi meningkatkan kemampuan sains dalam memahami fenomena alam, fenomena sosial, serta mengembangkan solusi yang bermanfaat bagi manusia dan alam semesta. Namun enam dasawarsa berselang, saat Indonesia sibuk mencari cara mengembangkan ilmu pengetahuan di dalam negeri, arsitektur sains dunia berubah, seraya mempengaruhi perkembangan intelektualitas, sosial, dan budaya. Ilmu pengetahuan semakin terspesialisasi, tapi batas antar disiplin ilmu kian kabur.

Kenyataannya, penemuan penting saat ini sebagian besar dihasilkan dari penelitian multidisiplin. Perkembangan teknologi dan media sosial membuat data yang sebelumnya harus dicari untuk membuktikan hipotesis ilmuwan, kini tersedia dalam jumlah besar, hampir tak terbatas. Ilmuwan di era ini malah ditantang untuk memanfaatkan big data: mencari makna yang tersembunyi dalam ribuan terabyte data hasil kicauan manusia di dunia maya. Bagaimana memanfaatkan lautan data ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia?

Perlu disadari, ketika begitu banyak masalah mendesak untuk dipecahkan, budaya ilmiah dan pendidikan di Indonesia masih lemah, sehingga sains juga belum banyak dimanfaatkan untuk perumusan kebijakan publik. Kebijakan dan program apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan budaya ilmiah dan penguatan penelitian? Bagaimana mendorong produksi sains untuk memacu kemampuan dalam kompetisi global, misalnya dalam penguasaan teknologi strategis? Bagaimana mengurangi birokratisasi dalam pengelolaan sains dan penelitian? Bagaimana membuat kebijakan publik berdasarkan pertimbangan sains, tak semata berdasarkan kepentingan politik maupun ekonomi jangka pendek?

Sains di Indonesia minim produktivitas, sepi dari publikasi dan paten. Sementara itu di tataran sosial, pengetahuan juga belum banyak terserap dan dimanfaatkan untuk masyarakat. Kedua masalah ini berakar pada sistem dan institusi dalam produksi pengetahuan di Indonesia, yang turut dipengaruhi kondisi sosial dan politik. Masalahnya, bagaimana sains berinteraksi dengan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat? Jika secara epistemologi pengetahuan yang valid dibangun melalui metodologi, asumsi, serta pertanyaan ilmiah, sistem epistemologi seperti apa yang dapat mengembangkan sains dan meminimalkan sekat antardisiplin dalam konteks Indonesia? 
 
sumber tulisan dan hak intelektual dari sini dan bukan untuk kepentingan komersial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bebas berkomentar asal sopan, bukan iklan ataupun spam (spam atau iklan akan saya delete)

Creative Commons License
All posted materials by MRATODI.NET is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.