Islam telah menganjurkan umatnya untuk memakmurkan masjid. Terminologi memakmurkan masjid menurut pemahaman awam saya ialah memaknai sebagai upaya “menghidupkan” geliat aktivitas umat, tidak sekedar aktivitas ibadah tetapi aktivitas sosial edukasi dan ekonomi kemasyarakatan, dan menekan pada aspek kualitas masjid lebih dari sekedar kuantitas masjid.
Dari sisi pengelolaan masjid berbagai cara dapat dilakukan untuk memakmurkan masjid, contohnya adalah Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Tapi bagaimana dari sisi Arsitektur? Menjadi tantangan bagi para arsitek adalah menghasilkan rancangan masjid dengan atmosfer yang mendukung setiap jenis dan fungsi kegiatan yang ada pada masjid itu sendiri serta berkontribusi terhadap usaha pemakmuran masjid. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana jalur mekanismenya? Pertanyaan ini sedikit tercerahkan saat saya melihat sebuah postingan di wall Facebook saya mengenai sebuah Masjid.
Adapun Masjid Jami Bait Ur Rouf yang terletak di distrik Faidabad Uttara, Kota Dhakka, Bangladesh yang menarik perhatian saya. Dirancang oleh seorang arsitek wanita bernama Marina Tabassum masjid ini yang terletak pada lahan seluas 7200 meter persegi ini menjadi salah satu karya arsitektur yang dinominasikan mendapatkan penghargaan Aga Khan Award.
![]() |
tampak eksterior Masjid Jami Bait Ur Rouf |
Karenanya masjid ini dianggap sebagai masjid yang ramah terhadap lingkungan. Lubang-lubang kecil pada bagian atap selain berfungsi sebagai sarana memasukkan cahaya ke dalam ruangan dan sirkulasi udara, juga mampu menciptakan kesan dinamis yang tidak monoton dengan permainan bayangan akibat pergerakan matahari yang tentunya sudah di perhitungan oleh sang arsitek.
![]() |
suasana interior Masjid Jami Bait Ur Rouf |
![]() |
Denah Masjid Jami Bait Ur Rouf |
Wow.. keren kang.. tapi tidak dijelaskan tentang kegiatan yang memakmurkan masjidnya.. atau cukup dengan bangunan tanpa kubah yang dapat dijadikan gedung serba guna..? Haha.. penasaran..
BalasHapuskegiatan spesifik memang tidak dijelaskan, tapi garis besarnya kegiatan diluar ibadah sholat lima waktu, semisal pendidikan, dan kegiatan umat/jamaah lainnya. Sebenarnya masih perlu dikaji lebih dalam mekanisme hubungan disain dengan pemakmuran masjid, tapi hipotesis awal saya, setidaknya sang arsitek ingin menciptakan konektifitas antara bangunan masjid dengan masyarakat sekitarnya, menumbuhkan sense of belonging terhadap masjid di lingkungan mereka tinggal. #IMHO
HapusSalam buat Sang arsitek Om Tod.. #takjub ^^
BalasHapus