“BAAYUN MAULUD”, Tradisi Lokal berbaur Syiar - MRATODI

What i can share, i share

Jumat, Maret 13, 2009

“BAAYUN MAULUD”, Tradisi Lokal berbaur Syiar

Kamis 12 Maret 2009,
pagi hari itu suasana Museum Lambung Mangkurat yang terletak di pusat kota Banjar baru Kalimantan Selatan berbeda dari biasanya

Lantunan sholawat dan pujian pujian terhadap Baginda Nabi Muhammad SAW menggema di udara pagi yang dingin dan terbalut gerimis hujan

Di tengah guyuran hujan, nampak begitu banyak orang berbondong datang dengan membawa anaknya yang rata rata masih berumur balita..

Ya, ternyata dari spanduk besar yang dipampang di muka museum, jelas terlihat bahwa pagi itu sedang dilangsungkan acara Baayun Maulud, sebuah acara tradisi leluhur di daerah Kalimantan Selatan yang biasanya di peringati bertepatan dengan peringatan kelahiran Rasulullah SAW, atau yang lebih dikenal dengan Maulid Nabi.

Hari itu, tak ketinggalan saya datang dan mengikuti acara tersebut, tentunya dengan putra tersayang saya, Hanif.

Rencananya acara dimulai pukul 9 waktu setempat, namun karena acaranya diadakan di outdoor dan kondisi cuaca sedang gerimis saat itu, maka acara sempat molor sekitar setengah jam.

Singkat cerita, acara inti dibuka dengan lantunan Sholawat nabi dan syair2 pujian seperti syair barzanji, syair syarafal annam dan syair diba’i yang diiringi tabuhan2 alat musik semacam rebana, hanya berukuran lebih besar, oleh para santri santri dari ponsok pesantren setempat.

Sembari lantunan shalawat dan asyarakal dikumandangkan, maka kita para orang tua secara perlahan lahan mengayun sang anak yang ada didalam ayunan dengan cara menarik selendang yang diikat pada ayunan

Mungkin dari sinilah asal mula “Baayun Maulud” dikenal. Ayunan yang dibuat ada tiga lapisan, lapisan atas menggunakan kain khas daerah Kalimantan Selatan, yakni Sasirangan, lapis tengah menngunakan kain berwarna kuning, dan yang terbawah menggunakan kain bahalai (kain panjang tanpa sambungan jahitan). Pada bagian tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman janur, buah buahan atau kue tradisional seperti cucur, cincin, kue gelang, pisang dll.

Setelah diayun, maka satu persatu kepala sang anak akan dipercikkan "Tepung Tawar".. Di acara kali ini alhamdulillah, hanif dipercikkan oleh Ayahanda tercinta Abah Anang Dzajouli..Makasih kae ^_^

Tradisi yang dilakukan secara massal ini sebagai pencerminan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi sekalian alam, upacara ini diibaratkan melakukan penyambutan berupa puji-pujian yang diucapkan dalam syair-syair merdu

Ini merupakan pengalaman baru buat saya pribadi..saya yang lahir dan besar dilingkungan kota besar, yang hampir tidak pernah mengikuti acara tradisi2 adat, kali ini turut serta dalam tradisi lokal yang berbaur denga syiar Islami.Sungguh pengalaman yang berkesan

Bersyukurlah anakku, kamu ikut acara ini, karena dengan acara ini abi berharap keselamatan dan rahmat Alloh SWT selalu mnyertai kamu, dan sampai kamu dewasa nanti selalu menauladani Baginda Rasullulah SWT..Amin.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah satu siang, Acara selesai dan peserta berangsur2 meninggalkan tempat acara, hanifku pun sudah kelelahan dan tertidur di gendongan.
Saatnya pulang dan istirahat ya sayang…Mimpi indah sayangku..mimpi indah dalam buaian dan lantunan sholawat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bebas berkomentar asal sopan, bukan iklan ataupun spam (spam atau iklan akan saya delete)

Creative Commons License
All posted materials by MRATODI.NET is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.