Hari ini, mumpung masih berada di tanah borneo, saya sempatkan diri untuk berziarah ke makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari..Bagi warga kalimantan, khususnya kalimantan selatan, nama tersebut sudah sangat tidak asing di telinga. Beliau adalah ulama besar di tanah banua yang pertama kali menyebarkan syiar islam di kalimantan dan sekitarnya.
Lokasi makam beliau terletak di sebuah wilayah di Martapura yang disebut Kelampayan, sehingga orang orang juga mengenal julukannya sebagai Datuk Kalampayan. Letaknya kurang lebih 15 KM dari pusat kota Martapura. Kali saya bukan hendak berkisah tentang riwayat beliau, karena bila anda mau tau tentang riwayat beliau, maka cukup banyaklah blog atau situs situs lain yang menceritakan kisah hidup beliau. Saya hanya hendak berbagi kesan yang saya dapat dari perjalanan saya ini.
Perjalanan saya tempuh dengan menggunakan sepeda motor dengan istri saya tercinta dengan memakan waktu kurang lebih hampir setengah jam.
Mendekati lokasi Makam,sekitar 6 KM lagi dari tujuan, mata saya disuguhi sebuah pemandangan yang menurut saya cukup miris untuk dilihat. Disepanjang tepi tepi jalan, orang tua maupun muda, laki laki maupun perempuan banyak duduk di tepi jalan menadahkan tangan atau topi caping mereka dengan maksud meminta sumbangan atau derma dari pengendara pengendara yang lewat..Jumlah mereka cukup banyak, sehingga saya juga tidak bisa mengira-ngira atau menghitung jumlah mereka.
Tiba dilokasi, kami disambut oleh para penjual bunga tabur yang sangat agresif mengejar kami dan setengah memaksa untuk membeli dagangan mereka. Wah, perasaan ketidaknyamanan saya pun mulai timbul. Saya dan istri pun memutuskan untuk mengabaikan "gangguan kecil" tersebut dan bergegas beranjak dari tempat parkir menuju bangunan makam.
Keheranan saya bertambah saat mulai memasuki lorong menuju makam beliau. Belum apa apa kami sudah disambut oleh kumpulan pria yang menawarkan jasa penukaran uang receh. Ternyata setelah semakin jauh kaki melangkah menyusuri lorong, makin banyak pulalah kami temui pengemis pengemis yang duduk dan memenuhi emperan lorong.
Sambil melewati kerumunan tersebut, akhirnya kami sampai dibangunan inti, yaitu makam Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Makam tersebut dikelilingi oleh makam makam kecil yang menurut keterangan yang saya dapat merupakan makam dari keturunan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Namun kembali hati saya miris melihat kondisi makam makam tersebut. Bagi yang pernah berkunjung ke makam Guru Sekumpul di martapura atau Makam Sunan Ampel di Jawa timur, pasti dapat membayangkan suasana bersih dan terawat yang muncul. Tapi tidak di Kalampayan ini. Kondisinya kotor dan seperti tidak ada yang merawat. Puing puing bangunan bertebaran di sekitar makam. Tumpukan tumpukan kayu bekas berserakan dimana-mana.
Sejenak saya tertegun melihat kenyataan ini. Sedih rasanya melihat kondisi sekitar makam salah satu ulama besar dalam keadaan yang kurang terawat. Ditambah lagi para peminta sumbangan yang bisa menjalankan aktivitasnya di dalam komplek makam, semakin memperuwet kondisi yang ada. Saya juga tidak tau, kondisi seperti ini menjadi tanggung jawab siapa. Perlu banyak pihak dan banyak partisipasi dari berbagai komponen masyarakat untuk dapat memperbaiki kondisi dan citra dari makam beliau. Tidak hanya sekedar memperbaiki bangunan fisik, tapi seyogyanya pemerintah dan elemen masyarakat lain yang peduli dengan kondisi seperti tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan fenomena yang ada di sekitar komplek makam Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari.
Setelah membacakan doa untuk beliau dan para kerabat, maka saya pun bergegas meninggalkan tempat tersebut. Dalam hati kecil kami bertekad untuk menyampaikan apa yang kami lihat dan rasakan kepada pihak pihak yang terkait.
Semoga saja, akan ada perubahan yang lebih baik..agar kita dapat menunjukkan penghargaan kita dengan lebih baik kepada para alim ulama kita.
Jazakallohu Khairon...
Lokasi makam beliau terletak di sebuah wilayah di Martapura yang disebut Kelampayan, sehingga orang orang juga mengenal julukannya sebagai Datuk Kalampayan. Letaknya kurang lebih 15 KM dari pusat kota Martapura. Kali saya bukan hendak berkisah tentang riwayat beliau, karena bila anda mau tau tentang riwayat beliau, maka cukup banyaklah blog atau situs situs lain yang menceritakan kisah hidup beliau. Saya hanya hendak berbagi kesan yang saya dapat dari perjalanan saya ini.
Perjalanan saya tempuh dengan menggunakan sepeda motor dengan istri saya tercinta dengan memakan waktu kurang lebih hampir setengah jam.
Mendekati lokasi Makam,sekitar 6 KM lagi dari tujuan, mata saya disuguhi sebuah pemandangan yang menurut saya cukup miris untuk dilihat. Disepanjang tepi tepi jalan, orang tua maupun muda, laki laki maupun perempuan banyak duduk di tepi jalan menadahkan tangan atau topi caping mereka dengan maksud meminta sumbangan atau derma dari pengendara pengendara yang lewat..Jumlah mereka cukup banyak, sehingga saya juga tidak bisa mengira-ngira atau menghitung jumlah mereka.
Tiba dilokasi, kami disambut oleh para penjual bunga tabur yang sangat agresif mengejar kami dan setengah memaksa untuk membeli dagangan mereka. Wah, perasaan ketidaknyamanan saya pun mulai timbul. Saya dan istri pun memutuskan untuk mengabaikan "gangguan kecil" tersebut dan bergegas beranjak dari tempat parkir menuju bangunan makam.
Keheranan saya bertambah saat mulai memasuki lorong menuju makam beliau. Belum apa apa kami sudah disambut oleh kumpulan pria yang menawarkan jasa penukaran uang receh. Ternyata setelah semakin jauh kaki melangkah menyusuri lorong, makin banyak pulalah kami temui pengemis pengemis yang duduk dan memenuhi emperan lorong.
Sambil melewati kerumunan tersebut, akhirnya kami sampai dibangunan inti, yaitu makam Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Makam tersebut dikelilingi oleh makam makam kecil yang menurut keterangan yang saya dapat merupakan makam dari keturunan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Namun kembali hati saya miris melihat kondisi makam makam tersebut. Bagi yang pernah berkunjung ke makam Guru Sekumpul di martapura atau Makam Sunan Ampel di Jawa timur, pasti dapat membayangkan suasana bersih dan terawat yang muncul. Tapi tidak di Kalampayan ini. Kondisinya kotor dan seperti tidak ada yang merawat. Puing puing bangunan bertebaran di sekitar makam. Tumpukan tumpukan kayu bekas berserakan dimana-mana.
Sejenak saya tertegun melihat kenyataan ini. Sedih rasanya melihat kondisi sekitar makam salah satu ulama besar dalam keadaan yang kurang terawat. Ditambah lagi para peminta sumbangan yang bisa menjalankan aktivitasnya di dalam komplek makam, semakin memperuwet kondisi yang ada. Saya juga tidak tau, kondisi seperti ini menjadi tanggung jawab siapa. Perlu banyak pihak dan banyak partisipasi dari berbagai komponen masyarakat untuk dapat memperbaiki kondisi dan citra dari makam beliau. Tidak hanya sekedar memperbaiki bangunan fisik, tapi seyogyanya pemerintah dan elemen masyarakat lain yang peduli dengan kondisi seperti tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan fenomena yang ada di sekitar komplek makam Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari.
Setelah membacakan doa untuk beliau dan para kerabat, maka saya pun bergegas meninggalkan tempat tersebut. Dalam hati kecil kami bertekad untuk menyampaikan apa yang kami lihat dan rasakan kepada pihak pihak yang terkait.
Semoga saja, akan ada perubahan yang lebih baik..agar kita dapat menunjukkan penghargaan kita dengan lebih baik kepada para alim ulama kita.
Jazakallohu Khairon...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bebas berkomentar asal sopan, bukan iklan ataupun spam (spam atau iklan akan saya delete)