Biologi Arsitektur: Dari Perspektif Kesehatan Masyarakat - MRATODI

What i can share, i share

Sabtu, Juni 06, 2020

Biologi Arsitektur: Dari Perspektif Kesehatan Masyarakat

Arsitektur adalah Kesehatan 
Saat mendiskusikan kesehatan , besar kemungkinan arsitektur tidak menjadi hal yang pertama terlintas dipikiran anda. Namun pengaruh arsitektur terhadap kesehatan manusia tidaklah dapat dielakkan. Terminologi "Arsitektur" sering melibatkan ide terkait disain visual, bangunan dan perkotaan. Kita bergerak keluar dan masuk darinya, berinteraksi dengannya, kita hidup dan bernafas didalamnya. Akan tetapi, kesehatan melampaui paradigma medis saja, mendorong munculnya berbagai isu seperti gaya hidup  dan lingkungan binaan, yang tentunya memerlukan pendekatan yang holistik. Lingkungan binaan dapat dioptimalkan untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia. Sebagai contoh, komunitas yang sehat akan mengubah fungsi gen anak, proses biokimia, potensi kognitif, indeks massa tubuh, suasana hati, tingkat cedera, dan pada akhirnya, kemampuan mereka untuk berkembang sebagai orang dewasa. Arsitek dapat memainkan peran yang penting dalam membentuk lingkungan yang sehat; dan arsitek dapat bekerja serta berkolaborasi dengan para pengguna. Arsitek memiliki kemampuan untuk memulihkan dan mempromosikan solidaritas, kesehatan mental dan fisik serta menjadi sumber kebahagiaan.
Lingkungan Binaan dan Penyakit Tidak Menular 
Kesehatan masyarakat merupakan subjek yang sangat luas, akan tetapi arsitektur dan perancangan perkotaan dapat memberikan solusi yang konkret dan tidak terbantahkan untuk menjawab tantangan permasalahan kesehatan yang lebih luas, seperti isu kesehatan mental. Dengan meningkatnya angka penderita obesitas dan penyakit kronis lainnya yang berhubungan dengan gaya hidup yang cenderung kurang gerak, para ahli telah mencoba meneliti bagaimana lingkungan binaan mempengaruhi manusia serta mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, sekaligus memastikan setting kondisi lingkungan agar dapat meningkatkan, alih-alih mengurangi, physical well-being.

Sumber: Restoration & Remediation

Lingkungan Binaan dan Penyakit Menular 
Lingkungan binaan dapat menjadi setting untuk terjadinya paparan berbagai mikroorganisme menular, seperti virus, protozoa, bakteri dan jamur. Paparan agen infeksi ini dapat terjadi melalui pernafasan, termasuk aerosol yang keluar dari jalur-jalur pemipaan maupun kontak langsung dengan fomite. Khusus untuk bakteri, permukaan yang basah dan lembab dapat menjadi tempat berkembang biak yang ideal bagi organisme patogen. Paparan ini kemungkinan berasal dari kombinasi beberapa mikroorganisme yang dapat berdampak pada inang manusianya.
Bangunan yang rusak karena air dan "Sick Building" menyebabkan gangguan pernafasan bagi penghuninya. Efek gangguan pernafasan ini seringkali tidak berhubungan langsung dengan alergi dan kemungkinan disebabkan oleh komponen mikroba yang menyebabkan iritasi atau pro-inflamasi. Hubungan antara lingkungan binaan dan kesehatan non pernafasan lainnya juga telah banyak didokumentasikan, termasuk efeknya terhadap perkembangan anak, kesehatan otak serta lagi-lagi kesehatan mental. Di kemudian hari, berbagai produk sintetis yang digunakan sebagai pewarna, pewangi, perekat, cat, pengawet, pembersih hingga insektisida telah diketahui terlibat dalam timbulnya gejala dan gangguan kesehatan penghuninya.
Sumber: Trends in Biology
Mikrobiom dan Lingkungan Binaan
Efek menguntungkan pada kesehatan dari paparan mikroorganisme di lingkungan binaan juga telah dilaporkan, terutama untuk paparan yang terjadi di awal kehidupan. Selain itu, perangkat meta-genomik terbaru telah membuka jendela menuju pemahaman yang lebih baik tentang sejumlah besar mikroba penghuni tubuh manusia dan komunitas mikroba yang berada di lingkungan binaan.

Karakteristik lingkungan binaan, mikroba, dan perilaku manusia dalam lingkungan tersebut dapat memodulasi dosis mikroorganisme atau kompartemen yang terpapar, dan pada gilirannya mereka dapat mempengaruhi apakah mikroorganisme memiliki efek menguntungkan, merugikan, atau tidak berdampak pada kesehatan.  

Komunitas mikroorganisme yang sama dengan dinding selnya dapat bermanfaat bagi maupun merusak kondisi kesehatan manusia tergantung pada keadaannya, seperti karakteristik bangunan, masa hidup orang yang terpapar, rute paparan, co-eksposur, dosis, dan sensitivitas genetik. Misalnya, bayi yang menelan mikroorganisme saat merangkak di lantai dapat merespons secara berbeda daripada orang dewasa dengan asma yang menghirup mikroorganisme yang sama. Mikroba yang berpotensi bermanfaat diantaranya meliputi mikroorganisme yang mampu melatih atau memodulasi kekebalan manusia, menghasilkan molekul kecil yang memediasi kesehatan manusia, atau mengaktifkan fungsi lain yang meningkatkan kesehatan inang manusianya.
Tantangan 
Yang menjadi tantangan berikutnya adalah kebutuhan untuk mengidentifikasi serangkaian kesenjangan pengetahuan yang esensial di pada area-area seperti variasi iklim dan dampaknya terhadap lingkungan binaan. Tantangan berikutnya adalah memperoleh data tambahan yang diperlukan untuk mendukung berbagai kerangka kerja kualitatif untuk memahami dan menilai lingkungan binaan serta memprioritaskan tujuan penelitian untuk mempercepat penerapan pengetahuan tentang mikrobioma lingkungan binaan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan binaan dan kesehatan manusia.
Tantangan tambahan juga dapat dikaitkan dengan intervensi lingkungan binaan, dampak kesehatan, atau akses bagi mereka yang tinggal di lingkungan dibawah standar, seperti masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).  Mereka yang dengan status sosial ekonomi rendah cenderung akan kurang memiliki akses informasi tentang interaksi antara mikroba dan lingkungan binaan jika dibandingkan dengan yang status sosial ekonomi lebih tinggi. Selaini itu MBR akan memiliki kemampuan terbatas untuk melakukan perubahan pada bangunan hunian mereka, bahkan ketika mereka mengetahui pedoman bagaimana bangunan yang baik itu seperti apa.
Kemana kita akan melangkah? 
Desain studi untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan kesehatan, mengarah kepada perlunya usaha integrasi terpadu dari profesional kesehatan, ahli mikrobiologi, ahli kimia, ilmuwan bangunan, dan insinyur. Kebanyakan penelitian yang menyelidik hubungan lingkungan binaan dan kesehatan masyarakat dilakukan dengan cara sektoral, sehingga menyulitkan untuk memperoleh gambaran yang holistik pada setiap setting yang berbeda

Beragam penelitian lanjutan perlu dikembangkan dan diimplementasikan dengan pendekatan multidisipliner, untuk memastikan bahwa setiap penelitian mampu direproduksi dan menghasilkan pengetahuan yang dapat diterjemahkan dalam aplikasi nyata. Semakin banyak pengetahuan muncul tentang  mikroba, lingkungan dan kesehatan, akan memicu munculnya pertanyaan yang terkait bagaimana pengetahuan tersebut akan dapat digunakan para perancang bangunan (arsitek) sebagai dasar informasi dalam mendisain karyanya, sekaligus memastikan operasional bangunannya mampu menciptakan kinerja yang memelihara kesehatan lingkungan binaannya.



special attribution to: Allan Ocholla (link source)

6 komentar:

  1. artikelnya keren mas. salam kenal

    BalasHapus
  2. Tulisan multidisiplin yang menjadi satu, terasa pulen...

    Abgda yg kenal sejak 2013, semoga terus terjalin silahturahmi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir...btw ini siapa ya? kok profilnya "unknown" hehehe

      Hapus
  3. makasih sharingnya sesuatu yang baru aku tahu

    BalasHapus

Silahkan bebas berkomentar asal sopan, bukan iklan ataupun spam (spam atau iklan akan saya delete)

Creative Commons License
All posted materials by MRATODI.NET is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.